Senin, 06 April 2015

Hormon



Bab II
Pembahasan


A.           Macam-macam Hormon dan Fungsinya
Sistem hormon pada vertebrata dapat dibedakan menjadi tiga kelompok kelenjar utama, yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi (Wiwi, 2006:131-132). Namun, dalam buku zoologi umum (Ville, Walker and Barner, 1999: 290) terbagi menjadi beberapa kelenjar, yaitu :
a)        Kelenjar Tiroid
Semua vertebrata memiliki kelenjar tiroid yang terdapat pada leher. Kelenjar tiroid berkembang sebagai pertumbuhan ventral dari faring, dan penghubungnya kemudian hilang pada saat awal perkemangan. Kelenjar tersebut terdiri atas sel epitel kuus yang terususun dalam bola berongga setebal satu sel.
Pada kelenjar tiroid terdapat sel-sel folikel. Sel-sel folikel memunyai kemampuan besar untuk mengumpulkan yodium. Yodium digunakan dalam sintesis tiroglobulin, suatu protein yang dikeluarkan ke dalam koloid dan di simpan. Enzim proteolitik yang disekresi di dalam lisosom sel tiroid menghidrolisis troglobulin menjadi asam amino dan derivat asam amino yaitu tiroksin. Menurut Claude Mona Airin dkk (2011, J. Soin Vet, Vol. 29 No. 1 Th. 20II)Thyrotropin-releasing hormone (TRH) merupakan neuropeptida yang diproduksi di nukleus paraventrikular hipothalamus, hormone ini berfungsi untuk mengkontrol pelepasan tiroid stimulating hormon dari hipofisis anterior
Kelenjar tiroid menghasilkan tiroksin (T4) dan triiordotironin (T3). Hormon tiroksin (T4) dapat meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan metabolisme sel dan berperan penting dalam pertumbuhan serta pemasakan sel (tubuh) secara normal. Hormon triiordotironin (T3) nerfungsi untuk menurunkan kadar kalsium darah.
b)       Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid terdapat pada tiroid, berjumlah satu pasang di masing sisi. Paratiroid mensekresikan hormon polipeptida, parathormon, regulator utama kadar kalsium dan fosfat dalam darah. Parathormon berfungsi untuk meningkatkan kadar kalsium dalam darah dan menurunkan kadar fosfat.

c)        Sel-sel Pulau dari Pankreas
Diantara sel asinus pankreas yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan, terdapat kelompok sel endokrin yang tersebar yang disebut pulau langerhans. Hormon dihasilkan yaitu hormon insulin yang berfungsi merangsang pembentukan dan penyimpanan glikogen, merangsang oksidasi karbohidrat, dan menghambat neoglukogenesis,
d)       Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian dari otak yang terletak tepat diatas pituitari. Hipotalamus dihubungkan dengan lobus posterior oleh sebuah batang yang berisi saraf-saraf. Para peneliti percaya oksitosin dan ADH dihasilkan dalam hipotalamus. Oksitosin berfungsi untuk merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi dan kelenjar susu untuk melepaskan susu. ADH berfungsi untuk merangsang peningkatan reabsorpsi air leh ginjal dan konstriksi pembuluh darah.
e)        Kelenjar Adrenal
Kelanjar adrenal pada mamalia berukuran kecil uyang terletak di ujung anterior kedua ginjal. Kelendar adrenal mensekresikan hormon glukokortikoid (kortikosteron) dan mineralkortikoid (aldosteron).  Glukokortikoid berfungsi memudahkan  perubahan protein menjadi karbohidrat (regulasi metabolisme). Dan mineralkortikoid berfungsi untuk mengatur metabolisme natrium dan kalium (mengatur kadar elektrolit)
f)         Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal menghasilkan hormon melatonin. Hormon ini bertanggung jawab atas warna kulit yang terang dilingkungan yang terang, dan warna kulit yang gelap yang gelap.
g)        Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari terdiri dari anterior dan posterior. Untuk mengetahui hormon dan fungsi hormon yang disekresikan oleh kelenjar tiroid dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hormon Kelenjar Pituitari dan fungsinya
Pituitari Anterior:
1.    Hormon Pertumbuhan
2.    Hormon tirotropik

3.    Hormon adrenokotikotropik (ACTH)

4.    Hormon perangsang (FSH)


5.    Hormon Peluteinan (LH)

Merangsang pertumbuhan
Merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4
Merangsang korteks adrenal untuk menghasil dan melepaskan glukokortikoid
Merangsang pertumbuhan folikel-folikel ovarium dan tubula seminiferus
Merangsang konversi folikel-folikel ovarium menjadinkorpus luteum dan sekresi hormon-hormon seks oleh ovarium dan testis
Pituitari Posterior
1.    Oksitosin


2.    ADH

Merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi dan kelenjar susu untuk melepaskan susu
Merangsang peningkatan reabsorpsi air oleh ginjal dan konstriksi pembuluh dara



 









Gambar 1. Sistem Hormon
B.            Fase Fisiologis
a)        Fase Breeding (reproduksi)
Fase breeding yaitu fase dimana terjadinya perkawinan antara pejantan dan betina.
b)        Fase Gestasi (kehamilan)
Gestasi adalah periode janin berada di dalam rahim, fase ini biasa disebut kehamilan.
c)        Pospartum-Sucking atau Pasca Melahirkan
Pospartum merupakan fase setelah masa melahirkan.
d)       Fase Menyusui
Fase menyusui yaitu fase dilakukannya penyusuan anakan terhadap indukan.

C.           Hormon Tiroid Pada Kambing Putih (Mamalia)
Hewan ternak dewasa memiliki masa fisiologis yang berbeda (breeding, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, menyusui) dalam satu tahun siklus hidup. Selama periode ini, ada perubahan dalam kadar hormon yang mempengaruhi hewan ternak. Beberapa hormon utama yang memiliki efek pada metabolisme pada hewan adalah hormon tiroid. Efek utama dari hormon tiroid adalah peningkatan kecepatan metabolisme pada hampir semua jaringan (H. Polat, G. Dellal, I. Baritci and E. Pehlivan, 2014: 445). Dewasa ini pengujian kadar hormon tiroksin (T4) banyak dilakukan untuk identifikasi kelenjar tiroid karena lebih sensitif dan dapat dijadikan sebagai indikator fungsi tiroid.
Level hormon tiroid pada sapi sangat dipengaruhi oleh nutrisi dan faktor-faktor  yang mempengaruhi metabolisme seperli kekurangan selenium atau iodida, kontaminasi makanan serta stres (Claude Mona Airin, Prabowo Purwono Putro, Pudji Astuti, Endang Baliarti, Sunaryanto, Didik Yuliantoo. 2011: 38).
Hormon yang dapat mempengaruhi kadar gula darah yaitu hormon hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon tiroid. TSH dan hormon tiroid (T3 dan T4) memiliki pengaruh yang bersifat kompleks. Peningkatan kadar gula darah dapat menimbulkann stres. Hewan dapat mengalami berbagai perubahan kondisi fisiologis, misalnya sapi perah betina, dapat mengalim stres apabila petugas pemerah susunya digantikan oleh orang lain, atau karena pemera susunya mengenakan pakaian yang tidak bisa dikenakannya saat memerah susu. Stres tersebut dapat mengurangi roduksi air susu (Wiwi, 2006:139).
Gambar 2. Struktur kimia tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).

D.           Perbedaan Hormon Tiroid pada Perbedaan Fase Fisiologis dan Nilai Temperatur Pada Kambing Putih
Hormon tiroid dapat mempengaruhi reproduksi, pertumbuhan, susu dan sifat serat hewan. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi hormon tiroid dalam darah dengan modulasi sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid pada ruminansia keci yaitu jenis, usia, jenis kelamin dan kondisi fisiologis hewan tersebut (H. Polat, G. Dellal, I. Baritci and E. Pehlivan, 2014: 445). Dalam penelitian lain pada hewan ternak sapi  bahwa level hormon tiroid  pada sapi sangat dipengaruhi oleh nutrisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme seperti kekurangan selenium atau iodida, kontaminasi makanan serta stress (Claude Mona Airin, dkk. 2011: 38).  Level hormon tiroid pada kambing dapat diketahui dengan cara dilakukan pengambilan sampel darah dan analisis hormon. Setelah dilakukan pengambilan sampel darah (10,0 ml) secara teratur dikumpulkan dari pembuluh vena setiap bulan dalam jangka waktu satu tahun. Sampel disentrifugasi (4000 rpm) untuk mengumpulkan serum dan disimpan pada -20 sampai dianalisis. Hormon T3 dan T4 dianalisis di laboratorium endokrinologi dan reproduksi hewan, Fakultas Pertanian, Universitas Ankara. Ankara, Turki menggunakan ELISA kit (Diagnostik Sistem Laboratories Inc Texas, USA).
Perbedaan periode fisiologis dan nilai temperatur diperhitungan untuk mengetahui efek pada periode fisiologis yang berbeda dari kambing putih tersebut, perhitungan iklim antara desember 2005 dan november 2006 telah dilengkapi dari Direktorat Jenderal Meteorologi.  Pengaturan nilai  rata-rata temperatur dalam periode fisiologis yang berbeda, disesuaikan dengan suhu setiap harinya. Suhu lingkungan rata-rata pada periode breeding, kehamilan, pasca melahirkan dan menyususi, masing-masing adalah 14.20oC, 2.06oC, 14.65oC dan 23.6oC. Suhu merupakan faktor yang bepengaruh terhadap kerja hormon tiroid pada thermoregulasi, metabolisme serta hemostasis energi dan protein.
Pengamatan dilakukan untuk menentukan kemungkinan perbedaan tingkat hormon tiroidi  pada jenis kelamin yang berbeda dan perbedaan periode fisiologis, analisis varians dua faktor  telah dilakukan pada jenis kelamin dan periode yang berbeda. perbandingan duncan multiple tes digunakan untuk menentukan rata-rata dari  periode yang berbeda sehubungan dengan hasil  analisis varians. Program statistik SPSS 15 dan MSTAT-C digunakan untuk varians  analisis dan duncan tes beberapa perbandingan masing-masing (H. Polat, G. Dellal, I. Baritci and E. Pehlivan, 2014: 446).
Perubahan level hormon T3 dan T4 antara jenis kelmin dan dalam periode fisiologis yang berbeda, yaitu: pada kambing putih betina dan jantan selama periode breeding,  gestasi, pasca melahirkan  (pospartum) dan menyusui disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 1. T3 dan T4 sekresi tertinggi pada kambing putih betina dan jantan, pada periode breeding, diikuti oleh masing-masing periode kehamilan, setelah melahirkan dan menyusui dan perbedaan antara periode berkaitan dengan perhitungan secara statistik (p <0 antar="" berpengaruh.="" jenis="" kelamin="" namun="" pada="" perbedaan="" periode="" sama="" secara="" span="" statistik="" tidak="" yang="">
Gambar 3 Pada kambing putih Betin dan jantan, tingkat perubahan T3 (ng / dl) dan T4 (pg / dl) berhubungan dengan suhu pada periode fisiologis yang berbeda.

Tabel 1 Konsentrasi serum hormon T3 (ng / dl) dan T4 (pg / dl) pada kambing putih dengan jenis kelamin yang berbeda selama periode fisiologis yang berbeda.


Betina (n14)
Jantan(n9)

Periode
Rata-rata
SE
Rata-rata
SE
T3
Breeding
Gestasi
Pasca melahirkan
(Pospartum)
Menyusui
114.02 a*
109.96b 103.11c

92.82d
5.90
4.80
 8.11

4.09
111.44a*
110.03b 99.27c

90.53d
11.40
9.04
5.46

4.84
T4
Breeding
Gestasi
Pasca melahirkan
(Pospartum)
Menyusui
5.57a
4.73ab 3.83bc

2.57c
0.16
0.12
0.08

0.12
5.60 a
4.87ab
4.09 bc

2.87c
0.39
0.47
0.32

0.27
*: Perbedaan antara huruf yang berbeda dalam kolom yang sama penting
Terlihat dalam Tabel 1 dan Gambar 1 bahwa terdapat  perbedaan kadar hormon tiroid kambing putih yang dipengaruhi oleh jenis kelamin berpengaruh pada setiap periode. Perubahan T3 dan T4 antar periode fisiologis kambing putih jantan dan betina terlihat bahwa sekresi tertinggi T3 dan T4 yaitu pada periode breeding,
Hormon tiroid dalam Periode Fisiologis yang berbeda dan suhu lingkungan: Seperti dapat dilihat dari Gambar 1, sementara di setiap periode fisiologis terjadi penurunan tingkat T3 dan T4 bersama dengan peningkatan suhu lingkungan, ada peningkatan T3 dan T4 dikarenakan suhu lingkungan menurun. Suhu lingkungan, menjadi faktor eksternal yang paling penting dalam mengatur aktivitas kelenjar tiroid. Hal ini dapat dinyatakan penelitian kami bahwa perubahan kadar hormon T3 dan T4 berada di bawah pengaruh suhu lingkungan seperti yang disebutkan dalam  laporan di atas. Selain itu, kondisi fisiologis juga memiliki efek pada aktivitas kelenjar tiroid (Todini 2007).  suhu lingkungan memiliki efek dominan pada aktivitas kelenjar tiroid kambing putih pada periode fisiologis yang berbeda ini terlihat dari Gambar 1.

Bab III
Kesimpulan

Sistem endokrin atau sistem hormon dapat disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Adapun sekret atau zat yang dikeluarkan sistem endokrin disebut hormon. Sistem hormon terdiri atas, 1) kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon tiroksin dan triiodotironin, 2) kelenjar paratiroid yang menghasilkan hormon parathormon, 3) Sel-sel Pulau dari Pankreas yang menghasilkan hormon insulin, 4) kelenjar hipotalamus yang menghasilkan hormon ADH dan oksitosin, 5) kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon glukokortikoid (kortikosteron) dan mineralkortikoid (aldosteron), 6) kelenjar pineal yang menghasilkan hormon melatoni, 7) Kelenjar pituitari yang menghasilkan hormon pertumbuhan, hormon tirotropik, hormon adrenokotikotropik (ACTH), hormon perangsang (FSH), hormon Peluteinan (LH), hormon oksitosin, dan ADH.
Setelah dilakukan varians  analisis dan duncan tes dihasilkan bahwa kadar hormon tiroid ( tiroksin (T4) dan triiodotironi (T3)) dipengaruhi oleh faktor perbedaan fase fisiologis pada saat masa breeding, gestasi, pospartum, dan menyusui, dan faktor lain yang mempengaruhi kadar hormon tiroid adalah faktor suhu lingkungan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar