Bab II
Pembahasan
A.
Macam-macam
Hormon dan Fungsinya
Sistem hormon pada vertebrata dapat
dibedakan menjadi tiga kelompok kelenjar utama, yaitu hipotalamus, hipofisis
atau pituitari, dan kelenjar endokrin tepi (Wiwi, 2006:131-132). Namun, dalam
buku zoologi umum (Ville, Walker and Barner, 1999: 290) terbagi menjadi
beberapa kelenjar, yaitu :
a)
Kelenjar
Tiroid
Semua vertebrata
memiliki kelenjar tiroid yang terdapat pada leher. Kelenjar tiroid berkembang
sebagai pertumbuhan ventral dari faring, dan penghubungnya kemudian hilang pada
saat awal perkemangan. Kelenjar tersebut terdiri atas sel epitel kuus yang
terususun dalam bola berongga setebal satu sel.
Pada kelenjar tiroid terdapat sel-sel folikel. Sel-sel folikel memunyai
kemampuan besar untuk mengumpulkan yodium. Yodium digunakan dalam sintesis
tiroglobulin, suatu protein yang dikeluarkan ke dalam koloid dan di simpan.
Enzim proteolitik yang disekresi di dalam lisosom sel tiroid menghidrolisis
troglobulin menjadi asam amino dan derivat asam amino yaitu tiroksin. Menurut Claude Mona Airin dkk (2011, J. Soin
Vet, Vol. 29 No. 1 Th. 20II)Thyrotropin-releasing hormone (TRH) merupakan
neuropeptida yang diproduksi di nukleus paraventrikular hipothalamus, hormone
ini berfungsi untuk mengkontrol pelepasan tiroid stimulating hormon dari
hipofisis anterior
Kelenjar tiroid
menghasilkan tiroksin (T4) dan triiordotironin (T3). Hormon tiroksin (T4) dapat
meningkatkan laju metabolisme basal, meningkatkan metabolisme sel dan berperan
penting dalam pertumbuhan serta pemasakan sel (tubuh) secara normal. Hormon
triiordotironin (T3) nerfungsi untuk menurunkan kadar kalsium darah.
b) Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid
terdapat pada tiroid, berjumlah satu pasang di masing sisi. Paratiroid
mensekresikan hormon polipeptida, parathormon, regulator utama kadar kalsium
dan fosfat dalam darah. Parathormon berfungsi untuk meningkatkan kadar kalsium
dalam darah dan menurunkan kadar fosfat.
c)
Sel-sel
Pulau dari Pankreas
Diantara sel asinus
pankreas yang mensekresikan enzim-enzim pencernaan, terdapat kelompok sel
endokrin yang tersebar yang disebut pulau langerhans. Hormon dihasilkan yaitu
hormon insulin yang berfungsi merangsang pembentukan dan penyimpanan glikogen,
merangsang oksidasi karbohidrat, dan menghambat neoglukogenesis,
d) Kelenjar Hipotalamus
Hipotalamus adalah
bagian dari otak yang terletak tepat diatas pituitari. Hipotalamus dihubungkan
dengan lobus posterior oleh sebuah batang yang berisi saraf-saraf. Para
peneliti percaya oksitosin dan ADH dihasilkan dalam hipotalamus. Oksitosin
berfungsi untuk merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi dan kelenjar susu
untuk melepaskan susu. ADH berfungsi untuk merangsang peningkatan reabsorpsi
air leh ginjal dan konstriksi pembuluh darah.
e)
Kelenjar
Adrenal
Kelanjar adrenal
pada mamalia berukuran kecil uyang terletak di ujung anterior kedua ginjal.
Kelendar adrenal mensekresikan hormon glukokortikoid (kortikosteron) dan
mineralkortikoid (aldosteron).
Glukokortikoid berfungsi memudahkan
perubahan protein menjadi karbohidrat (regulasi metabolisme). Dan
mineralkortikoid berfungsi untuk mengatur metabolisme natrium dan kalium
(mengatur kadar elektrolit)
f)
Kelenjar
Pineal
Kelenjar pineal
menghasilkan hormon melatonin. Hormon ini bertanggung jawab atas warna kulit
yang terang dilingkungan yang terang, dan warna kulit yang gelap yang gelap.
g)
Kelenjar
Pituitari
Kelenjar pituitari terdiri dari anterior dan
posterior. Untuk mengetahui hormon dan fungsi hormon yang disekresikan oleh
kelenjar tiroid dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hormon Kelenjar Pituitari dan fungsinya
Pituitari
Anterior:
1. Hormon Pertumbuhan
2. Hormon tirotropik
3. Hormon adrenokotikotropik (ACTH)
4. Hormon perangsang (FSH)
5. Hormon Peluteinan (LH)
|
Merangsang pertumbuhan
Merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4
Merangsang korteks adrenal untuk menghasil dan
melepaskan glukokortikoid
Merangsang pertumbuhan folikel-folikel ovarium dan
tubula seminiferus
Merangsang konversi folikel-folikel ovarium
menjadinkorpus luteum dan sekresi hormon-hormon seks oleh ovarium dan testis
|
Pituitari
Posterior
1. Oksitosin
2. ADH
|
Merangsang otot-otot rahim untuk berkontraksi dan
kelenjar susu untuk melepaskan susu
Merangsang peningkatan reabsorpsi air oleh ginjal
dan konstriksi pembuluh dara
|
Gambar 1. Sistem
Hormon
B.
Fase
Fisiologis
a)
Fase Breeding (reproduksi)
Fase breeding yaitu
fase dimana terjadinya perkawinan antara pejantan dan betina.
b)
Fase Gestasi (kehamilan)
Gestasi adalah periode janin berada di dalam rahim, fase ini
biasa disebut kehamilan.
c)
Pospartum-Sucking atau Pasca Melahirkan
Pospartum merupakan fase setelah masa
melahirkan.
d)
Fase Menyusui
Fase menyusui yaitu
fase dilakukannya penyusuan anakan terhadap indukan.
C.
Hormon
Tiroid Pada Kambing Putih (Mamalia)
Hewan ternak dewasa memiliki masa fisiologis yang berbeda
(breeding, kehamilan, kelahiran, periode pasca persalinan, menyusui) dalam satu
tahun siklus hidup. Selama periode ini, ada perubahan dalam kadar hormon yang
mempengaruhi hewan ternak. Beberapa hormon utama yang memiliki efek pada
metabolisme pada hewan adalah hormon tiroid. Efek utama dari hormon tiroid
adalah peningkatan kecepatan metabolisme pada hampir semua jaringan (H. Polat, G.
Dellal, I. Baritci and E. Pehlivan, 2014: 445). Dewasa ini pengujian kadar hormon tiroksin (T4) banyak
dilakukan untuk identifikasi kelenjar tiroid karena lebih sensitif dan dapat
dijadikan sebagai indikator fungsi tiroid.
Level hormon tiroid pada sapi sangat dipengaruhi oleh
nutrisi dan faktor-faktor yang
mempengaruhi metabolisme seperli kekurangan selenium atau iodida, kontaminasi makanan
serta stres (Claude
Mona Airin, Prabowo Purwono Putro, Pudji Astuti, Endang Baliarti, Sunaryanto, Didik
Yuliantoo. 2011: 38).
Hormon yang dapat mempengaruhi kadar gula
darah yaitu hormon hormon pemacu tiroid (TSH), dan hormon tiroid. TSH dan
hormon tiroid (T3 dan T4) memiliki pengaruh yang bersifat kompleks. Peningkatan
kadar gula darah dapat menimbulkann stres. Hewan dapat mengalami berbagai
perubahan kondisi fisiologis, misalnya sapi perah betina, dapat mengalim stres
apabila petugas pemerah susunya digantikan oleh orang lain, atau karena pemera
susunya mengenakan pakaian yang tidak bisa dikenakannya saat memerah susu.
Stres tersebut dapat mengurangi roduksi air susu (Wiwi, 2006:139).
Gambar 2. Struktur kimia tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3).
D.
Perbedaan Hormon
Tiroid pada Perbedaan Fase Fisiologis dan Nilai Temperatur Pada Kambing Putih
Hormon tiroid dapat mempengaruhi
reproduksi, pertumbuhan, susu dan sifat serat hewan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsentrasi hormon tiroid dalam darah dengan modulasi sumbu
hipotalamus-hipofisis-tiroid pada ruminansia keci yaitu jenis, usia,
jenis kelamin dan kondisi fisiologis hewan tersebut (H. Polat, G. Dellal, I. Baritci and
E. Pehlivan, 2014:
445). Dalam penelitian lain pada hewan
ternak sapi bahwa level hormon tiroid pada sapi sangat dipengaruhi oleh nutrisi dan
faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme seperti kekurangan selenium atau
iodida, kontaminasi makanan serta stress (Claude Mona Airin, dkk. 2011:
38). Level hormon tiroid pada kambing dapat
diketahui dengan cara dilakukan pengambilan sampel darah dan
analisis hormon. Setelah
dilakukan pengambilan sampel darah
(10,0 ml) secara teratur dikumpulkan dari pembuluh vena setiap bulan dalam
jangka waktu satu tahun. Sampel disentrifugasi (4000 rpm) untuk mengumpulkan
serum dan disimpan pada -20 sampai dianalisis. Hormon T3 dan T4 dianalisis di
laboratorium endokrinologi dan reproduksi hewan, Fakultas Pertanian,
Universitas Ankara. Ankara, Turki menggunakan ELISA kit (Diagnostik Sistem
Laboratories Inc Texas, USA).
Perbedaan periode fisiologis dan nilai temperatur diperhitungan
untuk mengetahui efek pada
periode fisiologis yang berbeda dari kambing putih tersebut, perhitungan iklim
antara desember 2005
dan november 2006
telah dilengkapi dari Direktorat Jenderal Meteorologi. Pengaturan nilai rata-rata temperatur dalam periode fisiologis yang berbeda,
disesuaikan dengan suhu setiap
harinya. Suhu
lingkungan rata-rata pada periode breeding, kehamilan, pasca melahirkan dan
menyususi, masing-masing adalah 14.20oC, 2.06oC, 14.65oC
dan 23.6oC. Suhu merupakan faktor yang bepengaruh terhadap kerja
hormon tiroid pada
thermoregulasi, metabolisme serta hemostasis energi dan protein.
Pengamatan dilakukan untuk menentukan kemungkinan perbedaan
tingkat hormon tiroidi pada jenis kelamin yang berbeda dan perbedaan periode fisiologis, analisis varians dua faktor telah dilakukan pada jenis kelamin dan periode yang berbeda. perbandingan duncan multiple tes digunakan
untuk menentukan rata-rata dari periode
yang berbeda sehubungan dengan hasil analisis
varians. Program statistik SPSS 15 dan MSTAT-C digunakan untuk varians analisis dan duncan tes beberapa perbandingan masing-masing (H. Polat, G.
Dellal, I. Baritci and E. Pehlivan, 2014: 446).
Perubahan level hormon T3 dan T4 antara jenis kelmin dan dalam
periode fisiologis yang berbeda, yaitu: pada kambing putih betina dan jantan selama periode breeding, gestasi, pasca melahirkan (pospartum) dan menyusui disajikan dalam Tabel 1 dan Gambar 1. T3 dan T4 sekresi tertinggi
pada kambing putih betina dan jantan, pada periode breeding, diikuti oleh masing-masing
periode kehamilan, setelah melahirkan dan menyusui dan perbedaan antara periode
berkaitan dengan perhitungan secara statistik (p <0 antar="" berpengaruh.="" jenis="" kelamin="" namun="" pada="" perbedaan="" periode="" sama="" secara="" span="" statistik="" tidak="" yang="">0>
Gambar 3 Pada kambing putih Betin dan jantan, tingkat
perubahan T3 (ng / dl) dan T4 (pg / dl) berhubungan dengan suhu pada periode
fisiologis yang berbeda.
Tabel 1 Konsentrasi serum hormon T3 (ng / dl) dan T4 (pg
/ dl) pada kambing putih dengan jenis kelamin yang berbeda selama periode
fisiologis yang berbeda.
|
|
Betina (n14)
|
Jantan(n9)
|
||
|
Periode
|
Rata-rata
|
SE
|
Rata-rata
|
SE
|
T3
|
Breeding
Gestasi Pasca melahirkan (Pospartum) Menyusui |
114.02 a*
109.96b 103.11c
92.82d
|
5.90
4.80
8.11
4.09
|
111.44a*
110.03b 99.27c
90.53d
|
11.40
9.04
5.46
4.84
|
T4
|
Breeding
Gestasi Pasca melahirkan (Pospartum) Menyusui |
5.57a
4.73ab 3.83bc
2.57c
|
0.16
0.12
0.08
0.12
|
5.60 a
4.87ab
4.09 bc
2.87c
|
0.39
0.47
0.32
0.27
|
*: Perbedaan antara huruf yang berbeda dalam
kolom yang sama penting
Terlihat dalam Tabel 1 dan Gambar 1 bahwa terdapat perbedaan kadar hormon tiroid kambing
putih yang dipengaruhi oleh jenis kelamin berpengaruh
pada setiap periode. Perubahan T3 dan T4 antar
periode fisiologis kambing putih jantan dan betina terlihat
bahwa sekresi tertinggi T3 dan T4 yaitu pada periode breeding,
Hormon tiroid dalam Periode Fisiologis yang berbeda
dan suhu lingkungan: Seperti dapat dilihat dari Gambar 1, sementara di setiap
periode fisiologis terjadi penurunan tingkat T3 dan T4 bersama dengan peningkatan
suhu lingkungan, ada peningkatan T3 dan T4 dikarenakan suhu lingkungan menurun.
Suhu lingkungan, menjadi faktor eksternal yang paling penting dalam mengatur aktivitas
kelenjar tiroid. Hal ini dapat dinyatakan penelitian kami bahwa
perubahan kadar hormon T3 dan T4 berada di bawah pengaruh suhu lingkungan seperti
yang disebutkan dalam laporan di atas. Selain
itu, kondisi fisiologis juga memiliki efek pada aktivitas kelenjar tiroid (Todini
2007). suhu lingkungan memiliki efek dominan
pada aktivitas kelenjar tiroid kambing putih pada periode fisiologis yang
berbeda ini terlihat dari Gambar 1.
Bab III
Kesimpulan
Sistem endokrin atau
sistem hormon dapat disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar yang
tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Adapun sekret atau
zat yang dikeluarkan sistem endokrin disebut hormon. Sistem hormon terdiri
atas, 1) kelenjar tiroid yang menghasilkan hormon tiroksin dan triiodotironin,
2) kelenjar paratiroid yang menghasilkan hormon parathormon, 3) Sel-sel
Pulau dari Pankreas yang menghasilkan hormon insulin, 4) kelenjar hipotalamus
yang menghasilkan hormon ADH dan oksitosin, 5) kelenjar adrenal yang
menghasilkan hormon glukokortikoid (kortikosteron) dan mineralkortikoid
(aldosteron), 6) kelenjar pineal yang menghasilkan hormon melatoni, 7) Kelenjar
pituitari yang menghasilkan hormon pertumbuhan, hormon tirotropik, hormon
adrenokotikotropik (ACTH), hormon perangsang (FSH), hormon Peluteinan (LH),
hormon oksitosin, dan ADH.
Setelah dilakukan varians analisis dan duncan tes dihasilkan bahwa kadar hormon tiroid ( tiroksin (T4) dan
triiodotironi (T3)) dipengaruhi oleh faktor perbedaan fase fisiologis pada saat
masa breeding, gestasi, pospartum, dan menyusui, dan faktor lain yang
mempengaruhi kadar hormon tiroid adalah faktor suhu lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar